Pada tgl 8 agustus 2016 kami berenam dengan 5 sepeda motor melakukan touring sepeda motor ke daerah Pacitan. Joni, vijay, oka, pardi, samsul dan aku sendiri.
Kami adalah anak - anak Malioboro Yogyakarta yang biasa jualan di emperan toko jalan Margomulyo. Yang karena jenuh jualan sehari - hari jadi berkeinginan melakukan refresing barang sehari.
Kami janji kumpul dan berangkat sama - sama dari malioboro jam tujuh pagi. Tapi hanya aku, vijay, pardi dan samsul yg bisa on time. Karena joni minta di jemput di plengkung gading dan oka minta dijemput di rumahnya. Olala..
Tiba di rumah Oka yang terletak di desa Wirokerten Banguntapan Bantul jam 8.
Ternyata anaknya malah masih pakai celana pendek dan kaos oblong. Ini anak jadi ikut gak ya, batinku.
"Gini mas" kata Joni padaku. "Si Oka minta di jemput ke rumahnya itu biar istrinya tahu kalo dia itu perginya bener2 sama temen2nya, gitu"
Ooo.. Gitu tho. Aku pun manggut2.
Setelah menunggu 30 menitan akhirnya kamipun berangkat. Let's Go!!..
Si Vijay memakai memakai vario. Si Joni topi memakai mega pro. Si Oka sebastian memakai vixion. Dan Pardi Palala sama keponakannya Samsul berboncengan memakai yupiter mx. Sedang aku sendiri mas Parjan (waduh, mentang2 nulis sendiri di mas2 ya) memakai si bohay neng risma alias motor kesayangan karisma.
Aku dan Pardi sempat tertinggal dari rombongan waktu mau keluar dari kampungnya Oka, karena berada paling belakang dan belum hafal jalannya. Sehingga terpaksa bertanya pada orang jalan menuju Wonosari. Oh ya, touring kami rencananya memang lewat wonosari.
Setelah berkomukasi lewat hp akhirnya kami bisa berkumpul kembali di depan koramil Patuk. Dan kemudian kami bersama sama beriringan meneruskan perjalanan kearah Wonosari. Vijay paling depan, dan belakang sendiri Pardi atau kadang kadang Oka yang dengan suara motor besarnya meraung raung bagaikan di kawal motor voorijder.
Jam 9 seperempat kami sudah tiba di kota wonosari. Dan ku sempatkan isi bensin fulltank neng risma.
Perjalanan dilanjutkan kearah Pracimantoro, yang merupakan suatu kecamatan yang masuk kabupaten Wonogiri.
Vijay masih di depan, yang sesekali di jejeri Pardi untuk diskusi tentang jalan yang akan dilalui. Anak anak inilah yang punya ide touring ke Pacitan. Sehingga mungkin punya rasa tanggung jawab untuk membawa rombongan sampai ke tempat tujuan tanpa nyasar nyasar.
Aku sendiri cuman ngikuti di belakangnya. Ke kiri ya ke kiri, ke kanan ya ikut ke kanan. Lurus ya ikut lurus terus. Ha..ha..ha.. Capek deh.
Dalam perjalanan ini pandanganku hanya fokus pada jalan raya yang kulalui sehingga tidak ada yang bisa kuceritakan kepada para pembaca sekalian.
Yang kuingat waktu melewati Pracimantoro jalannya melewati jalan yang membelah perbukitan kars kapur. Sangat indah. Sebenarnya aku pengen berhenti sebentar sekedar mengabadikan dengan kamera ponselku. Cuman karena takut tertinggal rombongan akhirnya tancap gas terus.
Dan masih di Pracimantoro sebelum memasuki Pacitan kami menjumpai jalan yg masih masih di perbaiki. Nggrunjal nggrunjal kalo orang jogja bilang. Sehingga neng risma dan temen2nya cuman bisa melaju 30 kilometer per jam. Kira kira 2 kilo apa 3 kilo barulah kami lepas dari jalan itu.
Kira2 jam sebelas kami sudah memasuki wilayah kabupaten Pacitan. Ditandai dengan pintu gerbang selamat datang di kabupaten Pacitan. Di sini jalannya sudah lebar halus dan mulus. Tapi jalannya berkelok naik dan turun.
Kami masih berjalan berombongan beriringan. Kadang kala saling salip salipan. Akupun gak ketinggalan sesekali kusalip semuanya dengan si tangguh karismaku. Ha..ha..
Kulihat didepanku Vijay sesekali melambatkan kendaraanya sambil menengok ke kiri dan ke kanan. Akupun paham maksudnya, pasti ini anak lagi nyari warung yang pas buat istirahat dan makan siang. Memang perutku juga mulai keroncongan. Apalagi dari pagi perutku belum kemasukan apa2. Selain segelas air putih waktu bangun tidur ( ini kebiasaanku kalau bangun dari tidur mesti minum segelas air putih ).
Akhirnya kamipun menemukan sebuah warung yang pas di pertigaan jalan kecil yang ada palang petunjuk kearah pantai klayar.
Kamipun memutuskan untuk makan di warung situ sambil istirahat meregangkan otot2 anggota badan. Lega rasanya.
Si Oka langsung pesan nasi. "Bu, nasi lele sama es teh manis ya. Sama kopi juga". Joni juga gak mau ketinggalan. "Aku juga bu sama kayak temen saya, minta kopi juga".
Anak2 yang lain cuman pesan es teh manis, termasuk aku. Baru setelah oka sama joni bilang masakannya enak, aku dan anak2 pada pesen nasi lele semua. Kecuali Pardi yang pesen nasi telur goreng.
Memang masakanya enak, apalagi sambel tomatnya mak nyuus tenan. Sampai sampai si Oka sebastian, Joni topi, Pardi palala pada nambah nasi semua.
Ini gambar penampakannya waktu masih pada istirahat di warung makan.
Habis makan kami pun berbincang bincang tentang wisata di Pacitan dengan pemilik warung. Di katakannya kalo banyu tibo itu searah dengan pantai klayar, sehingga kalau mau ke banyu tibo dari sini harus lewat klayar dulu. Banyu tibo adalah tujuan kami awal mulanya, bukan pantai klayar.
Setelah beristirahat kurang lebih tiga puluh menit akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke arah pantai klayar.
Jalan yang kulalui kami ini gak terlalu lebar dan gak terlalu mulus. Sehingga kalau ada mobil dari depan atau dari belakang kami mesti hati2 dan pelan2.
Kali ini yang paling depan Oka Sebastian. Anak ini nama sebenarnya adalah Oka Firmansyah, tapi berhubung mungkin ngerasa dirinya mirip2 aktor Vino G Sebastian. Maka dengan penuh semangat teman2nya disuruh dia panggil oka sebastian. Ha..ha.. Gokil juga ya.
Di rute ini jalannya naik turun dengan kanan tebing dan kiri jurang, tapi gak terlalu dalam. Tapi kadang kanan kiri tebing semua. Di rute ini gak ada perumahan penduduk, hanya satu atau dua atau tiga. Selebihnya hutan yang kebanyakan di dominasi pohon jati.
Kira2 perjalanan dua puluh menitan barulah kami menemukan pertigaan besar. Kami ke arah yang kanan yang ternyata jalanya udah besar, halus dan lebar.
Tak sampai seperempat menit sampailah kami di pintu masuk wisata Pantai Klayar. Masing masing anak kena tiket masuk sepuluh ribu rupiah.
Di bawah ini adalah foto2 aku dan teman2 di Pantai Klayar.
Kalau yang ini video yang udah aku unggah di youtube.
Ini foto foto yang lainnya.
Akhirnya setelah kira2 satu jam kami menikmati keidahan pantai klayar. Kamipun menuju spot berikutnya. Yaitu goa gong.
Sebenarnya kami menyayangkan gak jadi mengunjungi Banyu Tibo. Karena tujuan pertama memang mengunjungi spot yang satu ini.
Kami tiba di Goa Gong pukul dua lewat seperempat. Yang berarti dari pantai klayar memakan waktu seperempat jam. Di pertigaan kami sempat bertanya kepada orang arah ke Goa Gong. Buat para traveller jangan malu2 ya untuk bertanya pada orang2 yang di jumpai agar cepat sampai dan gak nyasar2.
Di pintu gerbang masuk masing2 anak kena tiket masuk sepuluh ribu rupiah. Yang berati sama dengan waktu masuk ke pantai Klayar.
Di bawah ini foto2 yang sempat aku dan teman2 Jepret.
Dibawah ini video aku dan teman2 sebelum masuk ke Goa Gong yang udah aku unggah di youtube.
Ini foto2 yang lainnya. Masih di Goa Gong.
Di bawah ini video kami. Aku, joni dan oka. Si joni sempat di wawancarai wartawan, dan salah sebut gua gong dengan gua pindul. Lucu juga itu anak. Di lihat tautan videonya ya.
Di dalam gua ini kami berpisah dengan Vijay, Pardi dan Samsul. Sehingga anak2 itu gak ada di foto2 maupun video yang ku tampilkan.
Kami di dalam gua sekitar lima belas menitan. Sebelum akhirnya kami keluar dan dipaksa lewat toko2 cenderamata. Maksudnya dipaksa disini itu bukan berarti kita lalu ditarik tarik harus lewat jalan itu. Maksudnya jalan keluarnya itu di buat sedemikian rupa sehingga kita memang harus lewat jalan itu.
Toko cenderamatanya udah banyak yg tutup. Kelihatan sepi. mungkin karna udah sore jadi udah pada tutup, atau mungkin karena memang sepi karena gak musim liburan jdi gak pada buka. I don't know.
Keluar dari gua kami langsung berkumpul dan memutuskan langsung melakukan perjalanan kearah kota Pacitan.
Keluar dari wisata goa gong kami belok kanan tancap gas kearah kota Pacitan.
Di rute ini jalanya aduuh maak...
Jalanya memang udah tingkat propinsi. Tapi kelokan2nya itu loh yang bikin deg2 plas. Sebelah kiri bukit dan sebelah kanan jurang yang langsung menghadap ke laut.
Kami sempat berhenti sesaat untuk sekedar melihat spot yang indah ini.
Teman2ku pada jago naik motor semua. Si Pardi yang paling depan walaupun berboncengan, enak aja meliuk2 melahap tiap kelokan. Disusul Oka dengan Vixion nya juga gak kalah gesitnya. Vijay juga.
Yang gak kalah canggihnya Joni Topi, santai aja dia melahap tiap kelokan sambil merokok klepas klepus. Belakangan aku tahu kalau doi emang biasa touring jarak jauh. Jogja sumatera aja pernah di lahapnya. Busyeet..
Di rute ini aku sering keteter. Sering paling buncit. Bayangin aja, kalau biasany ditiap kelokan aku paling banter 40 kmj, kini dipaksa 60 kmj.
Sebelum masuk kota kami menyempatkan diri masuk ke pantai Teleng Ria. Masuk pantai ini tiap anak di mintai uang 10 ribu rupiah. Kenapa aku sebut dimintai, karena kami gak dikasih tiket sebagai tanda masuk. Jadi aku sebut aja di mintai. Kira2 menurut kamu uangnya lari kemana ya?
Setelah parkir motor di dekat pantai. Kami pun hanya duduk2 di motor dan mencoba menikmati keindahan laut pantai Teleng.
Menurutku pantai ini gak ada istimewanya. Selain hanya pantai yang luas yang membentuk semacam teluk kecil.
Disini temanku Oka sempat kecewa ketika ke toilet di minta bayar 3 ribu rupiah."Busyet, gue kencing bayarnya tiga ribu, mahal amat ya. Biasany paling mahal dua ribu."
Si Oka sebastian ini walaupun istrinya orang jogja, dia ini lahir dan besar di pinggiran Jakarta. Jadi ngomongnya
lu lu gua gua.
Begitu dengar dari Oka kalau kencing di toilet bayarnya tiga ribu, Joni yang tadinya mau kencing di toilet gak jadi. "Aku kencing disini aja ah" katanya sambil mepet ke motor mega pro nya.
Ini anak lagi ngirit apa gak punya duit ya, apa emang lagi marah sama pengurus Pantai Teleng. Hanya dia sendiri dan Tuhan yang tahu.
Ini dua buah foto yang sempat aku jepret di Pantai Teleng Ria.
Maap lagi malas bikin keterangan foto diatas. Diamati sendiri aja ya.
Kami cabut dari pantai Teleng jam 5 sore pas, dan sampai kota Pacitan jam 5 lewat 25.
Kamipun langsung menuju pusat kota.
Alun - alun.
Kami di alun2 sekitar setengah jam. Kebetulan di alun2 pas ada pasar malam. Jadi di samping istirahat kami juga jalan2 cuci mata.
Habis maghrib perjalanan kami lanjutkan ke pemandian banyu anget, dan berniat mandi disana. Come on guys.
Keluar dari kota menuju jalan yang ke arah pemandian jalanya gelap gulita. Aspalnya banyak yang rusak dan banyak di temukan lubang lubang. Kamipun harus ekstra hati2, apalagi ditambah datangnya gerimis.
Tiba di tempat pemandian jam 6.30. Suasananya udah sepi. Hanya rombongan kami yang datang. Untungnya belum tutup. Belakangan ku ketahui ternyata pemandian ini buka 24 jam.
Setelah parkir kendaraan kami langsung ke loket. Harga tiket masuknya 10 ribu rupiah.
Bagi yang gak bawa celana buat mandi atau emang lupa gak bawa, di toko sini juga menyediakan celana pendek buat mandi. Oka yang gak bawa dari rumah beli disini. Harganya 15 ribu.
Airnya kolamnya cukup panas juga. Aku masuk kedalam kolam dengan pelan2 untuk menyesuaikan suhu tubuhku dengan panasnya air kolam. Kurendam seluruh kakiku dulu dipinggir kolam sambil kubasuh sedikit demi sedikit tubuhku. Setelah tubuh terasa nyaman barulah mandi sambil berenang. Teman2 juga melakukan yang sama. Malah si Vijay sampai puluhan menit belum juga nyemplung ke kolam.
Kurang lebih satu jam kami mandi dan berenang di pemandian air anget.
Kami cabut dari pemandian jam 7.45, dan memutuskan pulang lewat solo.
Selain biar bisa lewat jalan yang baru, jalan lewat Pracimantoro itu jalannya rusak dan masih diperbaiki. Apalagi malam2, bisa jadi horor nantinya.
Lewat Solo memang lebih lama. Tapi kelebihanya jalanya lebar halus mulus lancar jaya.
Dipinggir kota Pacitan kami berhenti di warung pecel lele. Yap! kami memang mau makan sore dengan pecel lele sebelum melakukan perjalanan pulang. Lele lagi lele lagi. Gak pa pa dech, yang penting perut gak dangdutan.
Selagi makan, hujan yang tadinya rintik2 kini menjadi besar. Sehingga walaupun makannya sudah selesai kami masih duduk2 dulu menunggu hujan reda.
Jam sudah menunjukan jam sembilan malam, tapi hujan belum juga reda.
Pardi Palala bilang padaku kalau keponakanya si Samsul masuk angin dan agak kurang enak badan. Dan dia sendiri juga sudah lelah untuk melanjutkan perjalanan. Sehingga mungkin nanti mau cari penginapan dan melanjutkan besok pagi. Aku sih oke oke kalau teman2 pada mau.
Setelah hujan agak reda (masih rintik2 gitu) kamipun siap2 berangkat. Jas hujan pada dipakai semuanya. Buat persiapan siapa tahu ditengah jalan hujan lagi. Si Pardi berubah pikiran dan langsung ikut melanjutkan perjalanan. Mungkin udah sehat atau dipaksain aku gak tau, karena sampai sekarang aku gak pernah menanyakan lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke arah Solo menembus kegelapan malam disertai gerimis dan terpaan angin malam yang dingin. Berrr..
Aku sempat isi bensin 2 liter di rumah penduduk setelah sebelumnya pesan sama Vijay yang selalu didepan kalau2 ada yang jualan bensin.
Sampai di kota Solo kami sempat bingung. Berkali kali Samsul dan Pardi melihat google map. Tapi akhirnya kalah sama Vijay yang bertanya langsung kepada orang pinggir jalan.
Sempat juga mau nyasar kembali ke Pracimantoro. Untung Vijay yang didepan dihentikan oleh Pardi.
Setelah tahu arah yang ke Klaten kami langsung tancap gas. Ngeeeengggg....!!!
Di Klaten kami sempatkan istirahat beberapa menit di sebuah SPBU. Cuci muka, buang air kecil dan rebahan meluruskan punggung.
Singkat cerita kamipun sudah melibas jalan raya Solo Jogja. Kecepatan motor kami rata2 diatas 70 kmj tapi gak sampai melewati angka 80. Pardi Palala yang selalu memimpin di rute ini. Dengan yupiter mx nya. Wusss... Wuuss.
Kamipun satu persatu mulai berpisah. Oka sebastian misah dulu di pertigaan janti. Di susul Joni dan Vijay di peremparan pos besar. Dan terakhir aku sama Pardi berpisah di depan rumah sakit PKU, Pardi lurus sedang aku belok kanan ke Kampung Pajeksan tempat tinggalku, eh maksudku ke tempat kontrakanku.
Aku sampai di rumah jam setengah 4 pagi. Alhamdulillah sampai dengan selamat dan tidak kurang satu apapun ( kecuali kurang tidur tentunya )
Sampai jumpa dan terimakasih buat teman2 yg telah menyempatkan waktu membaca coretanku ini.
Kami adalah anak - anak Malioboro Yogyakarta yang biasa jualan di emperan toko jalan Margomulyo. Yang karena jenuh jualan sehari - hari jadi berkeinginan melakukan refresing barang sehari.
Kami janji kumpul dan berangkat sama - sama dari malioboro jam tujuh pagi. Tapi hanya aku, vijay, pardi dan samsul yg bisa on time. Karena joni minta di jemput di plengkung gading dan oka minta dijemput di rumahnya. Olala..
Tiba di rumah Oka yang terletak di desa Wirokerten Banguntapan Bantul jam 8.
Ternyata anaknya malah masih pakai celana pendek dan kaos oblong. Ini anak jadi ikut gak ya, batinku.
"Gini mas" kata Joni padaku. "Si Oka minta di jemput ke rumahnya itu biar istrinya tahu kalo dia itu perginya bener2 sama temen2nya, gitu"
Ooo.. Gitu tho. Aku pun manggut2.
Setelah menunggu 30 menitan akhirnya kamipun berangkat. Let's Go!!..
Si Vijay memakai memakai vario. Si Joni topi memakai mega pro. Si Oka sebastian memakai vixion. Dan Pardi Palala sama keponakannya Samsul berboncengan memakai yupiter mx. Sedang aku sendiri mas Parjan (waduh, mentang2 nulis sendiri di mas2 ya) memakai si bohay neng risma alias motor kesayangan karisma.
Aku dan Pardi sempat tertinggal dari rombongan waktu mau keluar dari kampungnya Oka, karena berada paling belakang dan belum hafal jalannya. Sehingga terpaksa bertanya pada orang jalan menuju Wonosari. Oh ya, touring kami rencananya memang lewat wonosari.
Setelah berkomukasi lewat hp akhirnya kami bisa berkumpul kembali di depan koramil Patuk. Dan kemudian kami bersama sama beriringan meneruskan perjalanan kearah Wonosari. Vijay paling depan, dan belakang sendiri Pardi atau kadang kadang Oka yang dengan suara motor besarnya meraung raung bagaikan di kawal motor voorijder.
Jam 9 seperempat kami sudah tiba di kota wonosari. Dan ku sempatkan isi bensin fulltank neng risma.
Perjalanan dilanjutkan kearah Pracimantoro, yang merupakan suatu kecamatan yang masuk kabupaten Wonogiri.
Vijay masih di depan, yang sesekali di jejeri Pardi untuk diskusi tentang jalan yang akan dilalui. Anak anak inilah yang punya ide touring ke Pacitan. Sehingga mungkin punya rasa tanggung jawab untuk membawa rombongan sampai ke tempat tujuan tanpa nyasar nyasar.
Aku sendiri cuman ngikuti di belakangnya. Ke kiri ya ke kiri, ke kanan ya ikut ke kanan. Lurus ya ikut lurus terus. Ha..ha..ha.. Capek deh.
Dalam perjalanan ini pandanganku hanya fokus pada jalan raya yang kulalui sehingga tidak ada yang bisa kuceritakan kepada para pembaca sekalian.
Yang kuingat waktu melewati Pracimantoro jalannya melewati jalan yang membelah perbukitan kars kapur. Sangat indah. Sebenarnya aku pengen berhenti sebentar sekedar mengabadikan dengan kamera ponselku. Cuman karena takut tertinggal rombongan akhirnya tancap gas terus.
Dan masih di Pracimantoro sebelum memasuki Pacitan kami menjumpai jalan yg masih masih di perbaiki. Nggrunjal nggrunjal kalo orang jogja bilang. Sehingga neng risma dan temen2nya cuman bisa melaju 30 kilometer per jam. Kira kira 2 kilo apa 3 kilo barulah kami lepas dari jalan itu.
Kira2 jam sebelas kami sudah memasuki wilayah kabupaten Pacitan. Ditandai dengan pintu gerbang selamat datang di kabupaten Pacitan. Di sini jalannya sudah lebar halus dan mulus. Tapi jalannya berkelok naik dan turun.
Kami masih berjalan berombongan beriringan. Kadang kala saling salip salipan. Akupun gak ketinggalan sesekali kusalip semuanya dengan si tangguh karismaku. Ha..ha..
Kulihat didepanku Vijay sesekali melambatkan kendaraanya sambil menengok ke kiri dan ke kanan. Akupun paham maksudnya, pasti ini anak lagi nyari warung yang pas buat istirahat dan makan siang. Memang perutku juga mulai keroncongan. Apalagi dari pagi perutku belum kemasukan apa2. Selain segelas air putih waktu bangun tidur ( ini kebiasaanku kalau bangun dari tidur mesti minum segelas air putih ).
Akhirnya kamipun menemukan sebuah warung yang pas di pertigaan jalan kecil yang ada palang petunjuk kearah pantai klayar.
Kamipun memutuskan untuk makan di warung situ sambil istirahat meregangkan otot2 anggota badan. Lega rasanya.
Si Oka langsung pesan nasi. "Bu, nasi lele sama es teh manis ya. Sama kopi juga". Joni juga gak mau ketinggalan. "Aku juga bu sama kayak temen saya, minta kopi juga".
Anak2 yang lain cuman pesan es teh manis, termasuk aku. Baru setelah oka sama joni bilang masakannya enak, aku dan anak2 pada pesen nasi lele semua. Kecuali Pardi yang pesen nasi telur goreng.
Memang masakanya enak, apalagi sambel tomatnya mak nyuus tenan. Sampai sampai si Oka sebastian, Joni topi, Pardi palala pada nambah nasi semua.
Ini gambar penampakannya waktu masih pada istirahat di warung makan.
Habis makan pada santai santai |
Habis makan kami pun berbincang bincang tentang wisata di Pacitan dengan pemilik warung. Di katakannya kalo banyu tibo itu searah dengan pantai klayar, sehingga kalau mau ke banyu tibo dari sini harus lewat klayar dulu. Banyu tibo adalah tujuan kami awal mulanya, bukan pantai klayar.
Setelah beristirahat kurang lebih tiga puluh menit akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke arah pantai klayar.
Jalan yang kulalui kami ini gak terlalu lebar dan gak terlalu mulus. Sehingga kalau ada mobil dari depan atau dari belakang kami mesti hati2 dan pelan2.
Kali ini yang paling depan Oka Sebastian. Anak ini nama sebenarnya adalah Oka Firmansyah, tapi berhubung mungkin ngerasa dirinya mirip2 aktor Vino G Sebastian. Maka dengan penuh semangat teman2nya disuruh dia panggil oka sebastian. Ha..ha.. Gokil juga ya.
Di rute ini jalannya naik turun dengan kanan tebing dan kiri jurang, tapi gak terlalu dalam. Tapi kadang kanan kiri tebing semua. Di rute ini gak ada perumahan penduduk, hanya satu atau dua atau tiga. Selebihnya hutan yang kebanyakan di dominasi pohon jati.
Kira2 perjalanan dua puluh menitan barulah kami menemukan pertigaan besar. Kami ke arah yang kanan yang ternyata jalanya udah besar, halus dan lebar.
Tak sampai seperempat menit sampailah kami di pintu masuk wisata Pantai Klayar. Masing masing anak kena tiket masuk sepuluh ribu rupiah.
Di bawah ini adalah foto2 aku dan teman2 di Pantai Klayar.
Vijay, aku dan Pardi. Action sebelum turun |
Sang penulis bersama neng risma di tempat parkir |
Berjalan mendekat dan nampang |
Turun mendekat ke Pantai |
4 foto berturut turut dari atas waktu menunggu ombak |
Kalau yang ini video yang udah aku unggah di youtube.
Ini foto foto yang lainnya.
Di gazebo. Aku, Vijay dan Pardi. Menikmati kelapa muda |
Joni, Vijay, Pardi mau action. Oka yg nge "shoot" |
Joni, Vijay, Pardi dan aku. Hasil jepretan Oka |
Oka Sebastian dan Joni Topi. Eh.. topinya mana mas? |
Yg baru nongol ini namanya Samsul, ponakannya Pardi |
Yg mau beli oleh2 kaos merapat ya.. |
Akhirnya setelah kira2 satu jam kami menikmati keidahan pantai klayar. Kamipun menuju spot berikutnya. Yaitu goa gong.
Sebenarnya kami menyayangkan gak jadi mengunjungi Banyu Tibo. Karena tujuan pertama memang mengunjungi spot yang satu ini.
Kami tiba di Goa Gong pukul dua lewat seperempat. Yang berarti dari pantai klayar memakan waktu seperempat jam. Di pertigaan kami sempat bertanya kepada orang arah ke Goa Gong. Buat para traveller jangan malu2 ya untuk bertanya pada orang2 yang di jumpai agar cepat sampai dan gak nyasar2.
Di pintu gerbang masuk masing2 anak kena tiket masuk sepuluh ribu rupiah. Yang berati sama dengan waktu masuk ke pantai Klayar.
Di bawah ini foto2 yang sempat aku dan teman2 Jepret.
Ini pintu masuk wisata Goa Gong |
Aku di depan banner Goa Gong |
Aku dan Joni. SELAMAT DATANG GOA GONG |
Dibawah ini video aku dan teman2 sebelum masuk ke Goa Gong yang udah aku unggah di youtube.
Aku di jembatan sebelum masuk ke goa |
Ambil foto dulu sebelum masuk goa |
Penampakan mas Parjan dalam goa |
Masih dalam goa. Dpn lakone belakang mungsuhe |
Depan Oka Sebastian, belakang Joni Topi |
Si Oka lagi action mengamati dinding goa |
Mas Joni in Action |
Kalo yg ini mas Parjan dri Pekalongan. Action juga |
Di dalam gua ini kami berpisah dengan Vijay, Pardi dan Samsul. Sehingga anak2 itu gak ada di foto2 maupun video yang ku tampilkan.
Kami di dalam gua sekitar lima belas menitan. Sebelum akhirnya kami keluar dan dipaksa lewat toko2 cenderamata. Maksudnya dipaksa disini itu bukan berarti kita lalu ditarik tarik harus lewat jalan itu. Maksudnya jalan keluarnya itu di buat sedemikian rupa sehingga kita memang harus lewat jalan itu.
Toko cenderamatanya udah banyak yg tutup. Kelihatan sepi. mungkin karna udah sore jadi udah pada tutup, atau mungkin karena memang sepi karena gak musim liburan jdi gak pada buka. I don't know.
Keluar dari gua kami langsung berkumpul dan memutuskan langsung melakukan perjalanan kearah kota Pacitan.
Keluar dari wisata goa gong kami belok kanan tancap gas kearah kota Pacitan.
Di rute ini jalanya aduuh maak...
Jalanya memang udah tingkat propinsi. Tapi kelokan2nya itu loh yang bikin deg2 plas. Sebelah kiri bukit dan sebelah kanan jurang yang langsung menghadap ke laut.
Kami sempat berhenti sesaat untuk sekedar melihat spot yang indah ini.
Teman2ku pada jago naik motor semua. Si Pardi yang paling depan walaupun berboncengan, enak aja meliuk2 melahap tiap kelokan. Disusul Oka dengan Vixion nya juga gak kalah gesitnya. Vijay juga.
Yang gak kalah canggihnya Joni Topi, santai aja dia melahap tiap kelokan sambil merokok klepas klepus. Belakangan aku tahu kalau doi emang biasa touring jarak jauh. Jogja sumatera aja pernah di lahapnya. Busyeet..
Di rute ini aku sering keteter. Sering paling buncit. Bayangin aja, kalau biasany ditiap kelokan aku paling banter 40 kmj, kini dipaksa 60 kmj.
Sebelum masuk kota kami menyempatkan diri masuk ke pantai Teleng Ria. Masuk pantai ini tiap anak di mintai uang 10 ribu rupiah. Kenapa aku sebut dimintai, karena kami gak dikasih tiket sebagai tanda masuk. Jadi aku sebut aja di mintai. Kira2 menurut kamu uangnya lari kemana ya?
Setelah parkir motor di dekat pantai. Kami pun hanya duduk2 di motor dan mencoba menikmati keindahan laut pantai Teleng.
Menurutku pantai ini gak ada istimewanya. Selain hanya pantai yang luas yang membentuk semacam teluk kecil.
Disini temanku Oka sempat kecewa ketika ke toilet di minta bayar 3 ribu rupiah."Busyet, gue kencing bayarnya tiga ribu, mahal amat ya. Biasany paling mahal dua ribu."
Si Oka sebastian ini walaupun istrinya orang jogja, dia ini lahir dan besar di pinggiran Jakarta. Jadi ngomongnya
lu lu gua gua.
Begitu dengar dari Oka kalau kencing di toilet bayarnya tiga ribu, Joni yang tadinya mau kencing di toilet gak jadi. "Aku kencing disini aja ah" katanya sambil mepet ke motor mega pro nya.
Ini anak lagi ngirit apa gak punya duit ya, apa emang lagi marah sama pengurus Pantai Teleng. Hanya dia sendiri dan Tuhan yang tahu.
Ini dua buah foto yang sempat aku jepret di Pantai Teleng Ria.
Maap lagi malas bikin keterangan foto diatas. Diamati sendiri aja ya.
Kami cabut dari pantai Teleng jam 5 sore pas, dan sampai kota Pacitan jam 5 lewat 25.
Kamipun langsung menuju pusat kota.
Alun - alun.
Orang udik lgi narsos, eh narsis |
Neng Risma ikut narsis juga |
Lesehan di alun alun |
Kami di alun2 sekitar setengah jam. Kebetulan di alun2 pas ada pasar malam. Jadi di samping istirahat kami juga jalan2 cuci mata.
Habis maghrib perjalanan kami lanjutkan ke pemandian banyu anget, dan berniat mandi disana. Come on guys.
Keluar dari kota menuju jalan yang ke arah pemandian jalanya gelap gulita. Aspalnya banyak yang rusak dan banyak di temukan lubang lubang. Kamipun harus ekstra hati2, apalagi ditambah datangnya gerimis.
Tiba di tempat pemandian jam 6.30. Suasananya udah sepi. Hanya rombongan kami yang datang. Untungnya belum tutup. Belakangan ku ketahui ternyata pemandian ini buka 24 jam.
Setelah parkir kendaraan kami langsung ke loket. Harga tiket masuknya 10 ribu rupiah.
Bagi yang gak bawa celana buat mandi atau emang lupa gak bawa, di toko sini juga menyediakan celana pendek buat mandi. Oka yang gak bawa dari rumah beli disini. Harganya 15 ribu.
Pardi Palala dan Oka Sebastian action di pintu masuk |
Masih Pardi sama Oka, yg lain mana ya..? |
Kalau yang ini mas Parjan, sang penulis amatir |
Mulai pada penyesuain suhu air yang lumayan panas |
Salah satu sudut dalam pemandian |
Selfi dalam kegelapan di samping kolam renang |
Airnya kolamnya cukup panas juga. Aku masuk kedalam kolam dengan pelan2 untuk menyesuaikan suhu tubuhku dengan panasnya air kolam. Kurendam seluruh kakiku dulu dipinggir kolam sambil kubasuh sedikit demi sedikit tubuhku. Setelah tubuh terasa nyaman barulah mandi sambil berenang. Teman2 juga melakukan yang sama. Malah si Vijay sampai puluhan menit belum juga nyemplung ke kolam.
Kurang lebih satu jam kami mandi dan berenang di pemandian air anget.
Kami cabut dari pemandian jam 7.45, dan memutuskan pulang lewat solo.
Selain biar bisa lewat jalan yang baru, jalan lewat Pracimantoro itu jalannya rusak dan masih diperbaiki. Apalagi malam2, bisa jadi horor nantinya.
Lewat Solo memang lebih lama. Tapi kelebihanya jalanya lebar halus mulus lancar jaya.
Dipinggir kota Pacitan kami berhenti di warung pecel lele. Yap! kami memang mau makan sore dengan pecel lele sebelum melakukan perjalanan pulang. Lele lagi lele lagi. Gak pa pa dech, yang penting perut gak dangdutan.
Lagi nunggu nasi pecel lele dan tahu goreng |
Selagi makan, hujan yang tadinya rintik2 kini menjadi besar. Sehingga walaupun makannya sudah selesai kami masih duduk2 dulu menunggu hujan reda.
Jam sudah menunjukan jam sembilan malam, tapi hujan belum juga reda.
Pardi Palala bilang padaku kalau keponakanya si Samsul masuk angin dan agak kurang enak badan. Dan dia sendiri juga sudah lelah untuk melanjutkan perjalanan. Sehingga mungkin nanti mau cari penginapan dan melanjutkan besok pagi. Aku sih oke oke kalau teman2 pada mau.
Setelah hujan agak reda (masih rintik2 gitu) kamipun siap2 berangkat. Jas hujan pada dipakai semuanya. Buat persiapan siapa tahu ditengah jalan hujan lagi. Si Pardi berubah pikiran dan langsung ikut melanjutkan perjalanan. Mungkin udah sehat atau dipaksain aku gak tau, karena sampai sekarang aku gak pernah menanyakan lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke arah Solo menembus kegelapan malam disertai gerimis dan terpaan angin malam yang dingin. Berrr..
Aku sempat isi bensin 2 liter di rumah penduduk setelah sebelumnya pesan sama Vijay yang selalu didepan kalau2 ada yang jualan bensin.
Sampai di kota Solo kami sempat bingung. Berkali kali Samsul dan Pardi melihat google map. Tapi akhirnya kalah sama Vijay yang bertanya langsung kepada orang pinggir jalan.
Sempat juga mau nyasar kembali ke Pracimantoro. Untung Vijay yang didepan dihentikan oleh Pardi.
Setelah tahu arah yang ke Klaten kami langsung tancap gas. Ngeeeengggg....!!!
Di Klaten kami sempatkan istirahat beberapa menit di sebuah SPBU. Cuci muka, buang air kecil dan rebahan meluruskan punggung.
Singkat cerita kamipun sudah melibas jalan raya Solo Jogja. Kecepatan motor kami rata2 diatas 70 kmj tapi gak sampai melewati angka 80. Pardi Palala yang selalu memimpin di rute ini. Dengan yupiter mx nya. Wusss... Wuuss.
Kamipun satu persatu mulai berpisah. Oka sebastian misah dulu di pertigaan janti. Di susul Joni dan Vijay di peremparan pos besar. Dan terakhir aku sama Pardi berpisah di depan rumah sakit PKU, Pardi lurus sedang aku belok kanan ke Kampung Pajeksan tempat tinggalku, eh maksudku ke tempat kontrakanku.
Aku sampai di rumah jam setengah 4 pagi. Alhamdulillah sampai dengan selamat dan tidak kurang satu apapun ( kecuali kurang tidur tentunya )
Sampai jumpa dan terimakasih buat teman2 yg telah menyempatkan waktu membaca coretanku ini.