Disini saya tidak akan memberikan tutorial cara membuat sebuah proyektor sendiri. Karena di google sudah banyak tutorial2 cara membuat proyektor dari ohp bekas. Saya cuma mau sedikit berbagi pengalaman saya waktu membuat proyektor dari ohp bekas dan monitor lcd bekas.
Sebenarnya sudah lama saya punya keinginan untuk mempunyai sebuah proyektor. Tapi keinginan itu saya pendam karena harga proyektor yg begitu dalam bagi kantong saya.
Ketika iseng2 buka google ternyata ohp bekas bisa dibuat proyektor saya langsung termotivasi untuk membuatnya.
Dan keinginan itu mulai terlaksana ketika saya jalan2 di pasar senthir Yogyakarta dan mendapatkan ohp bekas dengan harga 150 ribu.
Oleh penjualnya sebenarnya di tawarkan 200 rb. Tapi kutawar 100 rb, dan jadinya 150 rb. Ohp nya masih bagus dan ketika kucoba lampunya masih hidup.
OHP (Overhead Projektor) CM 1708
Pasar senthir adalah pasar barang2 bekas yang berlokasi di tempat parkir mobil, selatan pasar Beringharjo. Buka dari habis maghrib sampai jam sebelasan.
Tahap berikutnya aku mencari monitor lcd bekas biar murah. Lcd nya gak boleh lebih besar dari layar ohp, karena akan pengaruh nantinya pada gambar di layar. Jadi lcd nya yang ukuran 14 inc atau 15 inc.
Akhirnya aku mendapatkan monitor lcd bekas 15 inc merek inforce seharga 325 rb di situs jual beli olx.
Ditahap ini agak sulit dan mesti punya nyali. Karenanya aku harus hati2 membuka monitor dan membuang lampu backlight nya. Sehingga tinggal layar lcd yang bening dan komponen2 yang penting.
Lcd yg sudah kubuang backlightnya kucoba diatas Ohp
Setelah ini aku membuat "tatakan" untuk layar dan komponen2nya untuk ditaruh diatas ohp dari papan tipis, biar gak geser2 dan sedikit ada jarak antara kaca ohp dan layar lcd.
Kalau teman2 pembaca mau membuat tatakan ini ingat ya: layar lcd jangan ditutupi. Jadi dipinggir2nya aja, seperti figura photo.
Tatakan layar monitor lcd dan komponen2nya
Ditahap ini sebenarnya sudah selesai. Karena hanya tinggal menaruh layar diatas ohp dan menghubungkan monitor dengan perangkat2 yang menghasilkan gambar atau video. Baik itu dari komputer maupun perangkat yang lainnya, seperti DVD player misalnya.
Aku sendiri menggunakan DVD player sebagai penghasil videonya.
Karena video dari dvd player ke monitor lain jenisnya maka aku pasang inverter diantara Dvd dan monitor.
Inverter yang kupakai murah meriah. Yaitu merek Gadmei. Inverter ini ada tv tunernya, sehingga kalau kita ingin melihat acara tv tinggal memasang antena aja.
Dibawah ini tampilan layar proyektornya yang sudah aku unggah di youtube.
Oh ya karena lampu ohp itu watt nya besar diatas 100 watt, maka biar awet layar monitornya aku kipasi dengan kipas angin.
Itulah teman pengalaman saya membuat proyektor dari ohp bekas. Walaupun hasilnya gak maksimal tapi saya bangga dengan hasilnya.
Siapa tau pengalaman saya ini bisa memotivasi teman yang ingin membuat proyektor dari ohp dan hasilnya lebih bagus lagi.
Pada tgl 8 agustus 2016 kami berenam dengan 5 sepeda motor melakukan touring sepeda motor ke daerah Pacitan. Joni, vijay, oka, pardi, samsul dan aku sendiri.
Kami adalah anak - anak Malioboro Yogyakarta yang biasa jualan di emperan toko jalan Margomulyo. Yang karena jenuh jualan sehari - hari jadi berkeinginan melakukan refresing barang sehari.
Kami janji kumpul dan berangkat sama - sama dari malioboro jam tujuh pagi. Tapi hanya aku, vijay, pardi dan samsul yg bisa on time. Karena joni minta di jemput di plengkung gading dan oka minta dijemput di rumahnya. Olala..
Tiba di rumah Oka yang terletak di desa Wirokerten Banguntapan Bantul jam 8.
Ternyata anaknya malah masih pakai celana pendek dan kaos oblong. Ini anak jadi ikut gak ya, batinku.
"Gini mas" kata Joni padaku. "Si Oka minta di jemput ke rumahnya itu biar istrinya tahu kalo dia itu perginya bener2 sama temen2nya, gitu"
Ooo.. Gitu tho. Aku pun manggut2.
Setelah menunggu 30 menitan akhirnya kamipun berangkat. Let's Go!!..
Si Vijay memakai memakai vario. Si Joni topi memakai mega pro. Si Oka sebastian memakai vixion. Dan Pardi Palala sama keponakannya Samsul berboncengan memakai yupiter mx. Sedang aku sendiri mas Parjan (waduh, mentang2 nulis sendiri di mas2 ya) memakai si bohay neng risma alias motor kesayangan karisma.
Aku dan Pardi sempat tertinggal dari rombongan waktu mau keluar dari kampungnya Oka, karena berada paling belakang dan belum hafal jalannya. Sehingga terpaksa bertanya pada orang jalan menuju Wonosari. Oh ya, touring kami rencananya memang lewat wonosari.
Setelah berkomukasi lewat hp akhirnya kami bisa berkumpul kembali di depan koramil Patuk. Dan kemudian kami bersama sama beriringan meneruskan perjalanan kearah Wonosari. Vijay paling depan, dan belakang sendiri Pardi atau kadang kadang Oka yang dengan suara motor besarnya meraung raung bagaikan di kawal motor voorijder.
Jam 9 seperempat kami sudah tiba di kota wonosari. Dan ku sempatkan isi bensin fulltank neng risma.
Perjalanan dilanjutkan kearah Pracimantoro, yang merupakan suatu kecamatan yang masuk kabupaten Wonogiri.
Vijay masih di depan, yang sesekali di jejeri Pardi untuk diskusi tentang jalan yang akan dilalui. Anak anak inilah yang punya ide touring ke Pacitan. Sehingga mungkin punya rasa tanggung jawab untuk membawa rombongan sampai ke tempat tujuan tanpa nyasar nyasar.
Aku sendiri cuman ngikuti di belakangnya. Ke kiri ya ke kiri, ke kanan ya ikut ke kanan. Lurus ya ikut lurus terus. Ha..ha..ha.. Capek deh.
Dalam perjalanan ini pandanganku hanya fokus pada jalan raya yang kulalui sehingga tidak ada yang bisa kuceritakan kepada para pembaca sekalian.
Yang kuingat waktu melewati Pracimantoro jalannya melewati jalan yang membelah perbukitan kars kapur. Sangat indah. Sebenarnya aku pengen berhenti sebentar sekedar mengabadikan dengan kamera ponselku. Cuman karena takut tertinggal rombongan akhirnya tancap gas terus.
Dan masih di Pracimantoro sebelum memasuki Pacitan kami menjumpai jalan yg masih masih di perbaiki. Nggrunjal nggrunjal kalo orang jogja bilang. Sehingga neng risma dan temen2nya cuman bisa melaju 30 kilometer per jam. Kira kira 2 kilo apa 3 kilo barulah kami lepas dari jalan itu.
Kira2 jam sebelas kami sudah memasuki wilayah kabupaten Pacitan. Ditandai dengan pintu gerbang selamat datang di kabupaten Pacitan. Di sini jalannya sudah lebar halus dan mulus. Tapi jalannya berkelok naik dan turun.
Kami masih berjalan berombongan beriringan. Kadang kala saling salip salipan. Akupun gak ketinggalan sesekali kusalip semuanya dengan si tangguh karismaku. Ha..ha..
Kulihat didepanku Vijay sesekali melambatkan kendaraanya sambil menengok ke kiri dan ke kanan. Akupun paham maksudnya, pasti ini anak lagi nyari warung yang pas buat istirahat dan makan siang. Memang perutku juga mulai keroncongan. Apalagi dari pagi perutku belum kemasukan apa2. Selain segelas air putih waktu bangun tidur ( ini kebiasaanku kalau bangun dari tidur mesti minum segelas air putih ).
Akhirnya kamipun menemukan sebuah warung yang pas di pertigaan jalan kecil yang ada palang petunjuk kearah pantai klayar.
Kamipun memutuskan untuk makan di warung situ sambil istirahat meregangkan otot2 anggota badan. Lega rasanya.
Si Oka langsung pesan nasi. "Bu, nasi lele sama es teh manis ya. Sama kopi juga". Joni juga gak mau ketinggalan. "Aku juga bu sama kayak temen saya, minta kopi juga".
Anak2 yang lain cuman pesan es teh manis, termasuk aku. Baru setelah oka sama joni bilang masakannya enak, aku dan anak2 pada pesen nasi lele semua. Kecuali Pardi yang pesen nasi telur goreng.
Memang masakanya enak, apalagi sambel tomatnya mak nyuus tenan. Sampai sampai si Oka sebastian, Joni topi, Pardi palala pada nambah nasi semua.
Ini gambar penampakannya waktu masih pada istirahat di warung makan.
Habis makan pada santai santai
Habis makan kami pun berbincang bincang tentang wisata di Pacitan dengan pemilik warung. Di katakannya kalo banyu tibo itu searah dengan pantai klayar, sehingga kalau mau ke banyu tibo dari sini harus lewat klayar dulu. Banyu tibo adalah tujuan kami awal mulanya, bukan pantai klayar.
Setelah beristirahat kurang lebih tiga puluh menit akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke arah pantai klayar.
Jalan yang kulalui kami ini gak terlalu lebar dan gak terlalu mulus. Sehingga kalau ada mobil dari depan atau dari belakang kami mesti hati2 dan pelan2.
Kali ini yang paling depan Oka Sebastian. Anak ini nama sebenarnya adalah Oka Firmansyah, tapi berhubung mungkin ngerasa dirinya mirip2 aktor Vino G Sebastian. Maka dengan penuh semangat teman2nya disuruh dia panggil oka sebastian. Ha..ha.. Gokil juga ya.
Di rute ini jalannya naik turun dengan kanan tebing dan kiri jurang, tapi gak terlalu dalam. Tapi kadang kanan kiri tebing semua. Di rute ini gak ada perumahan penduduk, hanya satu atau dua atau tiga. Selebihnya hutan yang kebanyakan di dominasi pohon jati.
Kira2 perjalanan dua puluh menitan barulah kami menemukan pertigaan besar. Kami ke arah yang kanan yang ternyata jalanya udah besar, halus dan lebar.
Tak sampai seperempat menit sampailah kami di pintu masuk wisata Pantai Klayar. Masing masing anak kena tiket masuk sepuluh ribu rupiah.
Di bawah ini adalah foto2 aku dan teman2 di Pantai Klayar.
Vijay, aku dan Pardi. Action sebelum turun
Sang penulis bersama neng risma di tempat parkir
Berjalan mendekat dan nampang
Turun mendekat ke Pantai
4 foto berturut turut dari atas waktu menunggu ombak
Kalau yang ini video yang udah aku unggah di youtube.
Ini foto foto yang lainnya.
Di gazebo. Aku, Vijay dan Pardi. Menikmati kelapa muda
Joni, Vijay, Pardi mau action. Oka yg nge "shoot"
Joni, Vijay, Pardi dan aku. Hasil jepretan Oka
Oka Sebastian dan Joni Topi. Eh.. topinya mana mas?
Yg baru nongol ini namanya Samsul, ponakannya Pardi
Yg mau beli oleh2 kaos merapat ya..
Akhirnya setelah kira2 satu jam kami menikmati keidahan pantai klayar. Kamipun menuju spot berikutnya. Yaitu goa gong.
Sebenarnya kami menyayangkan gak jadi mengunjungi Banyu Tibo. Karena tujuan pertama memang mengunjungi spot yang satu ini.
Kami tiba di Goa Gong pukul dua lewat seperempat. Yang berarti dari pantai klayar memakan waktu seperempat jam. Di pertigaan kami sempat bertanya kepada orang arah ke Goa Gong. Buat para traveller jangan malu2 ya untuk bertanya pada orang2 yang di jumpai agar cepat sampai dan gak nyasar2.
Di pintu gerbang masuk masing2 anak kena tiket masuk sepuluh ribu rupiah. Yang berati sama dengan waktu masuk ke pantai Klayar.
Di bawah ini foto2 yang sempat aku dan teman2 Jepret.
Ini pintu masuk wisata Goa Gong
Aku di depan banner Goa Gong
Aku dan Joni. SELAMAT DATANG GOA GONG
Dibawah ini video aku dan teman2 sebelum masuk ke Goa Gong yang udah aku unggah di youtube.
Ini foto2 yang lainnya. Masih di Goa Gong.
Aku di jembatan sebelum masuk ke goa
Ambil foto dulu sebelum masuk goa
Penampakan mas Parjan dalam goa
Masih dalam goa. Dpn lakone belakang mungsuhe
Depan Oka Sebastian, belakang Joni Topi
Si Oka lagi action mengamati dinding goa
Mas Joni in Action
Kalo yg ini mas Parjan dri Pekalongan. Action juga
Di bawah ini video kami. Aku, joni dan oka. Si joni sempat di wawancarai wartawan, dan salah sebut gua gong dengan gua pindul. Lucu juga itu anak. Di lihat tautan videonya ya.
Di dalam gua ini kami berpisah dengan Vijay, Pardi dan Samsul. Sehingga anak2 itu gak ada di foto2 maupun video yang ku tampilkan.
Kami di dalam gua sekitar lima belas menitan. Sebelum akhirnya kami keluar dan dipaksa lewat toko2 cenderamata. Maksudnya dipaksa disini itu bukan berarti kita lalu ditarik tarik harus lewat jalan itu. Maksudnya jalan keluarnya itu di buat sedemikian rupa sehingga kita memang harus lewat jalan itu.
Toko cenderamatanya udah banyak yg tutup. Kelihatan sepi. mungkin karna udah sore jadi udah pada tutup, atau mungkin karena memang sepi karena gak musim liburan jdi gak pada buka. I don't know.
Keluar dari gua kami langsung berkumpul dan memutuskan langsung melakukan perjalanan kearah kota Pacitan.
Keluar dari wisata goa gong kami belok kanan tancap gas kearah kota Pacitan.
Di rute ini jalanya aduuh maak...
Jalanya memang udah tingkat propinsi. Tapi kelokan2nya itu loh yang bikin deg2 plas. Sebelah kiri bukit dan sebelah kanan jurang yang langsung menghadap ke laut.
Kami sempat berhenti sesaat untuk sekedar melihat spot yang indah ini.
Teman2ku pada jago naik motor semua. Si Pardi yang paling depan walaupun berboncengan, enak aja meliuk2 melahap tiap kelokan. Disusul Oka dengan Vixion nya juga gak kalah gesitnya. Vijay juga.
Yang gak kalah canggihnya Joni Topi, santai aja dia melahap tiap kelokan sambil merokok klepas klepus. Belakangan aku tahu kalau doi emang biasa touring jarak jauh. Jogja sumatera aja pernah di lahapnya. Busyeet..
Di rute ini aku sering keteter. Sering paling buncit. Bayangin aja, kalau biasany ditiap kelokan aku paling banter 40 kmj, kini dipaksa 60 kmj.
Sebelum masuk kota kami menyempatkan diri masuk ke pantai Teleng Ria. Masuk pantai ini tiap anak di mintai uang 10 ribu rupiah. Kenapa aku sebut dimintai, karena kami gak dikasih tiket sebagai tanda masuk. Jadi aku sebut aja di mintai. Kira2 menurut kamu uangnya lari kemana ya?
Setelah parkir motor di dekat pantai. Kami pun hanya duduk2 di motor dan mencoba menikmati keindahan laut pantai Teleng.
Menurutku pantai ini gak ada istimewanya. Selain hanya pantai yang luas yang membentuk semacam teluk kecil.
Disini temanku Oka sempat kecewa ketika ke toilet di minta bayar 3 ribu rupiah."Busyet, gue kencing bayarnya tiga ribu, mahal amat ya. Biasany paling mahal dua ribu."
Si Oka sebastian ini walaupun istrinya orang jogja, dia ini lahir dan besar di pinggiran Jakarta. Jadi ngomongnya
lu lu gua gua.
Begitu dengar dari Oka kalau kencing di toilet bayarnya tiga ribu, Joni yang tadinya mau kencing di toilet gak jadi. "Aku kencing disini aja ah" katanya sambil mepet ke motor mega pro nya.
Ini anak lagi ngirit apa gak punya duit ya, apa emang lagi marah sama pengurus Pantai Teleng. Hanya dia sendiri dan Tuhan yang tahu.
Ini dua buah foto yang sempat aku jepret di Pantai Teleng Ria.
Maap lagi malas bikin keterangan foto diatas. Diamati sendiri aja ya.
Kami cabut dari pantai Teleng jam 5 sore pas, dan sampai kota Pacitan jam 5 lewat 25.
Kamipun langsung menuju pusat kota.
Alun - alun.
Orang udik lgi narsos, eh narsis
Neng Risma ikut narsis juga
Lesehan di alun alun
Kami di alun2 sekitar setengah jam. Kebetulan di alun2 pas ada pasar malam. Jadi di samping istirahat kami juga jalan2 cuci mata.
Habis maghrib perjalanan kami lanjutkan ke pemandian banyu anget, dan berniat mandi disana. Come on guys.
Keluar dari kota menuju jalan yang ke arah pemandian jalanya gelap gulita. Aspalnya banyak yang rusak dan banyak di temukan lubang lubang. Kamipun harus ekstra hati2, apalagi ditambah datangnya gerimis.
Tiba di tempat pemandian jam 6.30. Suasananya udah sepi. Hanya rombongan kami yang datang. Untungnya belum tutup. Belakangan ku ketahui ternyata pemandian ini buka 24 jam.
Setelah parkir kendaraan kami langsung ke loket. Harga tiket masuknya 10 ribu rupiah.
Bagi yang gak bawa celana buat mandi atau emang lupa gak bawa, di toko sini juga menyediakan celana pendek buat mandi. Oka yang gak bawa dari rumah beli disini. Harganya 15 ribu.
Pardi Palala dan Oka Sebastian action di pintu masuk
Masih Pardi sama Oka, yg lain mana ya..?
Kalau yang ini mas Parjan, sang penulis amatir
Mulai pada penyesuain suhu air yang lumayan panas
Salah satu sudut dalam pemandian
Selfi dalam kegelapan di samping kolam renang
Airnya kolamnya cukup panas juga. Aku masuk kedalam kolam dengan pelan2 untuk menyesuaikan suhu tubuhku dengan panasnya air kolam. Kurendam seluruh kakiku dulu dipinggir kolam sambil kubasuh sedikit demi sedikit tubuhku. Setelah tubuh terasa nyaman barulah mandi sambil berenang. Teman2 juga melakukan yang sama. Malah si Vijay sampai puluhan menit belum juga nyemplung ke kolam.
Kurang lebih satu jam kami mandi dan berenang di pemandian air anget.
Kami cabut dari pemandian jam 7.45, dan memutuskan pulang lewat solo.
Selain biar bisa lewat jalan yang baru, jalan lewat Pracimantoro itu jalannya rusak dan masih diperbaiki. Apalagi malam2, bisa jadi horor nantinya.
Lewat Solo memang lebih lama. Tapi kelebihanya jalanya lebar halus mulus lancar jaya.
Dipinggir kota Pacitan kami berhenti di warung pecel lele. Yap! kami memang mau makan sore dengan pecel lele sebelum melakukan perjalanan pulang. Lele lagi lele lagi. Gak pa pa dech, yang penting perut gak dangdutan.
Lagi nunggu nasi pecel lele dan tahu goreng
Selagi makan, hujan yang tadinya rintik2 kini menjadi besar. Sehingga walaupun makannya sudah selesai kami masih duduk2 dulu menunggu hujan reda.
Jam sudah menunjukan jam sembilan malam, tapi hujan belum juga reda.
Pardi Palala bilang padaku kalau keponakanya si Samsul masuk angin dan agak kurang enak badan. Dan dia sendiri juga sudah lelah untuk melanjutkan perjalanan. Sehingga mungkin nanti mau cari penginapan dan melanjutkan besok pagi. Aku sih oke oke kalau teman2 pada mau.
Setelah hujan agak reda (masih rintik2 gitu) kamipun siap2 berangkat. Jas hujan pada dipakai semuanya. Buat persiapan siapa tahu ditengah jalan hujan lagi. Si Pardi berubah pikiran dan langsung ikut melanjutkan perjalanan. Mungkin udah sehat atau dipaksain aku gak tau, karena sampai sekarang aku gak pernah menanyakan lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke arah Solo menembus kegelapan malam disertai gerimis dan terpaan angin malam yang dingin. Berrr..
Aku sempat isi bensin 2 liter di rumah penduduk setelah sebelumnya pesan sama Vijay yang selalu didepan kalau2 ada yang jualan bensin.
Sampai di kota Solo kami sempat bingung. Berkali kali Samsul dan Pardi melihat google map. Tapi akhirnya kalah sama Vijay yang bertanya langsung kepada orang pinggir jalan.
Sempat juga mau nyasar kembali ke Pracimantoro. Untung Vijay yang didepan dihentikan oleh Pardi.
Setelah tahu arah yang ke Klaten kami langsung tancap gas. Ngeeeengggg....!!!
Di Klaten kami sempatkan istirahat beberapa menit di sebuah SPBU. Cuci muka, buang air kecil dan rebahan meluruskan punggung.
Singkat cerita kamipun sudah melibas jalan raya Solo Jogja. Kecepatan motor kami rata2 diatas 70 kmj tapi gak sampai melewati angka 80. Pardi Palala yang selalu memimpin di rute ini. Dengan yupiter mx nya. Wusss... Wuuss.
Kamipun satu persatu mulai berpisah. Oka sebastian misah dulu di pertigaan janti. Di susul Joni dan Vijay di peremparan pos besar. Dan terakhir aku sama Pardi berpisah di depan rumah sakit PKU, Pardi lurus sedang aku belok kanan ke Kampung Pajeksan tempat tinggalku, eh maksudku ke tempat kontrakanku.
Aku sampai di rumah jam setengah 4 pagi. Alhamdulillah sampai dengan selamat dan tidak kurang satu apapun ( kecuali kurang tidur tentunya )
Sampai jumpa dan terimakasih buat teman2 yg telah menyempatkan waktu membaca coretanku ini.
Berawal dari istri saya yang penasaran karena tetangga - tetangga rumah kebanyakan sudah banyak yang mengunjungi obyek wisata air panas Guci di kabupaten Tegal. Dan hanya dengar cerita - ceritanya. Maka akhirnya istripun akhirnya mengajak aku untuk mengunjunginya. "Ok" kataku. "Besok kalau ada kesempatan dan keuangan".
Akhirnya kesempatan itu datang pas liburan sekolah bulan desember kemarin. Dan alhamdulillah keuangan juga mendukung. Berbarengan dengan liburan natal dan tahun baru 2016.
Sebenarnya aku lebih suka kalau piknik itu gak pas liburan bareng - bareng kayak gini. Peak Season kalau orang sekarang bilang. Karena dari pengalaman yang sudah - sudah, tempat - tempat wisata itu pasti sesak oleh makhluk - mahluk yang namanya manusia. Tapi gimana lagi orang anakku juga bisanya pas liburan sekolah.
Segala sesuatupun kupersiapkan. Terutama motor kesayanganku si Risma ( baca: karisma ).
Dan 26 desember jam setengah enam pagi meluncurlah aku dengan si Risma ku. Berboncengan dengan istri dan anakku.
Oh ya, rumahku ada di desa Babadan Bulaksari Kecamatan Sragi. Dari desaku aku meluncur ke arah Kesesi. Dari Kesesi terus ke Barat ke arah Bantarbolang yang sudah masuk ke kabupaten Pemalang. Di rute ini kalau teman - teman pembaca mau lewat sini mesti hati - hati karena jalanya berkelok - kelok dan naik turun. Tapi jangan kuatir karena jalannya sudah beraspal halus mulus. Dan yang gak kalah penting pemandanganya bro, mengasyikan. Melewati sungai - sungai, persawahan hutan jati dan hutan pinus.
Jam setengah delapan lebih sedikit kami sudah tiba di pertigaan Bantarbolang arah kota Pemalang dan Moga. Kota Pemalang arahnya ke utara dan Moga arahnya ke selatan. Dan arah Moga yang nanti akan kami tuju sebelum nantinya ke arah Guci.
Kami kemudian berhenti di pom bensin yg sudah arah Moga. Isi bensin full si Risma sambil istirahat sebentar meluruskan pinggang dan kaki.
Perjalanan kuteruskan kearah selatan ke arah Moga. Disini jalan sudah mulai menanjak dan lurus. Dari Moga perjalanan kuteruskan arah Guci. Melewati jalan Moga Guci mulai kurasakan sejuknya hawa pegunungan kaki gunung Slamet. Dengan kanan kiri tanaman sayuran sayuran. Sayur - sayuran adalah andalan pertanian penduduk di kaki gunung Slamet ini.
Jam setengah sembilan pagi kami sudah tiba depan pintu gerbang selamat datang di taman wisata Guci.
Aku dan anaku di depan pintu gerbang selamat datang
Setelah narsis sebentar perjalanan kuteruskan. Disini jalan mulai menanjak lagi. Dan mulai kutemukan villa - villa dipinggir jalan. Indah - indah.
Kurang lebih satu kilo meteran kami nyampe di depan pintu gerbang tiket. Kami bertiga sama si risma kena 15 ribu rupiah. Murah kan?
Ini pintu penarikan tiket masuk
Habis dari pemeriksaan tiket macet
kurasakan. Yah inilah efek liburan bertepatan dengan liburan panjang. Mobil - mobil pribadi banyak yang mendominasi.
Langsung aku tuju tempat parkiran motor. Dan setelah istirahat dan makan minum di rest area parkir, aku istriku dan anakku langsung langsung menjelajahi wisata guci.
Ini tempat parkir mobil dan motor
Berikut ini foto foto di lokasi wisata guci yang aku jepret dari hp lenovo ku.
Anaku di depan pasar oleh oleh
Istriku lagi menawar buah, anaku in aaction
Masih di depan pasar giliran aku sama anaku nampang
Cari kaos buat kenang kenangan
Giliran istri sama anaku yang nnampang
Di depan pintu masuk pancuran 13
Didepan Wahana Guci ( WAGU )
Eksyen di warung
Di blkng penginapan dg latar belakang lereng g.slamet
Masih di belakang penginapan di lain waktu
Di jembatan sebelum menuju pancuran2 guci
Salah satu air terjun guci
Mau masuk ke pemandian pancuran 13
Berikut ini rekaman Pancuran 13 dari hp saya yang sudah saya unggah ke youtube.
Ini foto - foto yang lainnya.
Air terjun guci dekat pancuran 13
Anakku di dpn salah satu jembatan area guci
Ini salah satu jembatan di area guci yg lumayan ttinggi
Di wisata alam guci ini kusempatkan untuk mandi di Pemanndian air hangat pancuran 13 bersama anakku. Sedang istriku cuman mengawasi saja.
Dan untuk menikmati alam guci lebih lama aku dan istriku memutuskan untuk menginap barang semalam, karena memang sudah tujuan dari semula. Untuk menghilangkan kepenatan sehari hari.
Itulah gaes sedikit kenanganku waktu liburan ke obyek wisata guci di kabupaten Tegal.